Bonjol, —Saiyo News.com— Sejak awal tahun 2023, harga pinang terus merosot dan cenderung tidak stabil. Padahal, pada masa puncaknya, harga pinang pernah mencapai Rp19.000-20.000 per kilogram, membuat petani sumringah karena mendapatkan angin segar di tengah ketidakstabilan harga komoditas pertanian/perkebunan yang hanya bersifat musiman.
Masa kejayaan harga pinang yang tinggi memberikan semangat para petani untuk menanam pinang. Namun, saat ini, banyak petani yang mengeluh dan frustrasi. Banyak dari mereka yang menebang pohon pinang. Bahkan, saking drastisnya penurunan harga dan tidak adanya kepastian harga di masa depan, pinang yang sudah berbuah pun ditebang untuk diganti tanaman lain.
Melihat keterpurukan harga dan keadaan yang dirasakan petani, serta banyaknya pelepah pinang yang dibiarkan begitu saja sebagai limbah, kelompok ibu-ibu Jorong Air Abu Nagari Limo Koto Kecamatan Bonjol melihat peluang. Berkat tangan-tangan terampil mereka, pelepah pinang disulap menjadi piring, mangkuk, dan wadah makanan berbentuk styrofoam.
“Ide awal untuk membuat kerajinan dari pelepah pinang karena melihat banyaknya pelepah pinang yang hanya jadi limbah. Muncul keinginan untuk memanfaatkan limbah pelepah pinang itu menjadi produk berdaya guna untuk membantu perekonomian dan keluarga di tengah keterpurukan harga hasil perkebunan,” ujar Irma Suryani.
Produksi kerajinan piring berbahan pelepah ini sudah berjalan tiga bulan terakhir. Pasarnya sudah tembus pasar internasional, yaitu Malaysia. Produk piring pelepah pinang ini memiliki keunggulan dan keunikan dibandingkan produk yang banyak ditemukan di pasar berbahan plastik.
Karena berbahan pelepah, produk ini ramah lingkungan dan merupakan alternatif untuk mengurangi penggunaan plastik. Satu piring bisa digunakan 10 kali dan ketika sudah melebihi batas penggunaan, bahannya mudah terurai. Kelebihan produk ini akan memudahkan pemasarannya ke pasar internasional karena sesuai dengan gerakan gaya hidup ramah lingkungan. (M/Z)